Profesor Sugiarto Paparkan Metode EMF Demi Tingkatkan Kualitas Sambungan Las
Teknologi pengelasan merupakan salah satu bidang ilmu yang penting dalam industri manufaktur dan konstruksi. Sambungan las memiliki fleksibilitas yang tinggi sehingga masih menjadi primadona dalam bidang manufaktur dan konstruksi. Banyak hal yang mungkin belum dipahami oleh pelaku pengelasan mulai dari welder, welding inspector sampai weding engineer terkait penyebab timbulnya berbagai cacat dan kegagalan sambungan las meskipun proses pengelasan sudah dirancang dan dilakukan sesuai prosedur.
Salah satu pengembangan teknologi dalam pengelasan adalah menggunakan EMF atau External Magnetic Flux. Teknologi ini memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Keunggulan EMF dapat memperbesar gaya elektromagnetik tanpa memperbesar arus las dan masukan panas las. Gaya elektromagnetik semakin besar menyebabkan gerakan logam las cair semakin cepat.
“Memperbesar gaya elektromagnetik menyebabkan logam cair bergerak lebih cepat dan proses pengadukan logam las cair lebih efektif. Dampaknya suhu puncak semakin turun, laju pendinginan semakin turun, porositas dan cacat las semakin berkurang, struktur las semakin homogen, unmixed zone (UMZ) semakin sempit, kampuh las semakin sempit dan dalam serta kekuatan mekanik sambungan las meningkat”, ujarnya.
Keunggulan teknologi EMF lainnya adalah dapat menurunkan suhu las dan laju pendinginan, serta memperbaiki kualitas sambungan. Kelemahannya adalah teknologi EMF hanya efektif diaplikasikan pada logam feromagnetik, dan memungkinkan terjadi pembelokan arah busur las.
“Kami juga berharap agar teknologi EMF ini dapat diaplikasikan secara nyata pada industri manufaktur dan konstruksi yang selama ini masih mengandalkan proses preheating dan Post Weld Heat Treatment (PWHT) untuk menyelesaikan problem pengelasan yang komplek”, jelasnya.
Prof. Dr. Ir. Sugiarto, S.T., M.T. merupakan profesor ke-32 dalam bidang ilmu Teknik Material dan Manufaktur dari Fakultas Teknik. Ia juga menjadi profesor ke-422 yang dihasilkan oleh Universitas Brawijaya. (drn/vq)