Top

Teknik Sipil Sukses Menggelar Asia Bridge Competition 2019

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang sukses menjadi tuan rumah The 12th Asia Bridge Competition 2019. Kompetisi perakitan jembatan tahunan ini diikuti oleh enam negara; Thailand, Taiwan, Mongolia, Jepang, Vietnam, dan Indonesia.

Acara berlangsung pada tanggal 24-26 Agustus 2019 di dua tempat, Gedung Widyaloka dan Gedung G Fakultas Ilmu Komputer UB.

“Sesi Presentasi desain konsep dilaksanakan kemarin (24/8) sedangkan hari ini sesi perakitan dan loading test,” jelas ketua Pelaksana Dr Eng Indradi Wijatmiko ST MEng ditemui usai Awading Night (25/Ags/2019).

“Nanti yang dinilai tak hanya kecepatan merakitnya saja tapi juga ada voting keindahan dan pembebanan,” kata pria berkacamata ini.Menurut dia, untuk kecepatan perakitan yang dibawah tujuh menit akan dibulatkan ke tujuh menit untuk menghindari unrealistic assembly yang tak masuk akal.

Menurut dia, berbeda dengan kompetisi jembatan Indonesia yang diadakan kemenristekdikti, juri di lomba The 12 Asia Bridge Competition 2019 adalah para supervisor tim.

“Kalau di kompetisi jembatan dikti ada dewan juri khusus. Kalau di kompetisi ini lebih terbuka, jurinya ya seluruh supervisor dan bahkan peserta,” paparnya.

Seperti paparan Dr.Eng Indradi, pada sesi presentasi seluruh peserta berhak menanyai presenter, dan untuk The Best Aesthetic Award, peserta memberikan voting kepada peserta lain.

Hasil penilaian seluruh sesi kemudian dirapatkan oleh seluruh supervisor untuk menentukan pemenangnya. Terdapat tujuh kategori awards pada kompetisi ini. Pertama adalah Best construction cost yang dinilai berdasarkan jumlah konstruktor dan waktu konstruksi.

Kedua adalah The Best Structural Cost, berdasarkan berat jembatan dan akurasi lendutan 6mm. Untuk The Best Total Cost sendiri adalah akumulasi dari kategori pertama dan kedua.

The Best Aesthetic awards diberikan berdasarkan voting keindahan desain jembatan, dan Best Presentation untuk presenter terbaik saat presentasi desain. Sedangkan untuk Prediction of Deflection awards  diberikan berdasarkan ketepatan prediksi lendutan secara analisis vs pengujian beban.

Dan terakhir adalah Overall Performance awards, yang merupakan akumulasi keenam kategori yang lain, dengan syarat tidak boleh ada satu kategori pun yang mendapat ranking terendah.

M. Faras Hidayat yang merupakan salah satu anggota Tim Perwira Ampera T. Sipil UB menyatakan kepuasannya terhadap kompetisi ini.

“Tidak seperti kompetisi jembatan di Indonesia yang kita berfokus pada kompetisi, bagaimana mendapat lendutan terkecil, di kompetisi ini kita bisa saling belajar, bertemu teman-teman dari mana-mana, dan hasilnya lebih terbuka,” ungkapnya.

Tim UB sendiri berhasil mendapatkan Juara 1 Best Construction Cost, Juara 2 Best Presentation, Juara 2 Total Cost Awards, dan Juara 4 Best Aesthetic award.

Sedangkan Juara satu hingga lima Overall Performance adalah sebagai berikut: Universitas Sains dan Teknologi Universitas Mongolia (M.U.S.T) Sekolah Teknik Sipil & Arsitektur, Universitas Gifu, M.U.S.T, universitas Can Tho, dan Universitas Teknologi King Mongkut Ladkrabang. Tahun depan Asia Bridge Competition akan diadakan di King Mongkhut University dan dua tahun lagi akan diadakan di Can Tho University Vietnam. (Surya/mic)

Skip to content