Top

Arsitektur UB Inventaris Kendala Mikrohidro Masyarakat Ciptagelar

Leluhur masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar telah mengawali sejarahnya sejak tahun 1368 yang lalu di Cipatat. Mereka memiliki tradisi ngalalakon, yaitu memperjalankan permukiman. Saat ini mereka sudah berada di Kasepuhan Ciptagelar di seputaran Pegunungan Kendeng sisi selatan wilayah Jawa bagian barat.

Apresiasi perlu diberikan kepada masyarakat atas kemampuan mereka bersintas dalam menghadapi segala permasalahan. Salah satu diantaranya adalah permasalahan energi.

Mereka berswadaya menyediakan energi secara mandiri. Banyak warga mendapatkan manfaat atas penyediaan energi tersebut. Mereka bisa menjalankan aktivitas keseharian dan memicu pergerakan ekonomi, selain padi.

Dengan kehadiran listrik, terjadi modernisasi di Kasepuhan Ciptagelar. Namun, seiring dengan waktu. Pasokan listrik mandiri sering tersendat karena banyaknya masalah teknis dan biaya. Pasokan listrik masyarakat sering terputus tiba-tiba.

Tim Pengabdian Jurusan Arsitektur Fakultas TEknik UB (FTUB) yang diketuai oleh Dr. Susilo Kusdiwanggo, ST., MT., terjun menginventaris bersama masalah yang dihadapi masyarakat terhadap tujuh Pembangkit Listrik Tenaga Micro-Hydro (PLTMH) yang telah dibangun masyarakat secara swadaya.

Tim Arsitektur FTUB melakukan observasi lapangan selama empat hari; Selasa,16 Juli 2019 di Cicemet, Situmurni 1, Situmurni 2; Rabu, 17 Juli 2019 di Cibadak; Kamis, 18 Juli 2019 di Sukamulya, Ciptarasa; dan Jumat 19 Juli 2019 di Lebak Hariang.

“Observasi lapangan dilaksanakan untuk memperoleh informasi terkini tanpa bias dari tangan pertama untuk digunakan sebagai materi analisis masalah,” ujar Dr. Susilo.

Selain observasi lapangan, untuk menginventaris masalah tim juga melakukan review dokumentasi, dan forum rembug dengan warga, pengelola, dan ketua adat sebagai representasi warga.

“Memang observasi lapangan ini memerlukan tenaga ekstra bagi anggota tim karena lokasi yang berada jauh dari kampung dengan topografi gunung yang naik turun,” tambahnya.

Proses observasi melibatkan pengurus tiap-tiap turbin dan mengalir sesuai dengan ketersediaan waktu yang dimiliki oleh warga. Warga bisa ditemui di rumah atau di lokasi turbin.

Kegiatan berjalan dengan baik. Data yang dihimpun mencukupi sebagai suplai analisis pada kegitan selanjutnya.

“Dengan mengetahui persoalan utama pada turbin PLTMH, maka akan dapat difokuskan persoalan utama dalam pemuatan usulan/proposal perbaikan, pembangunan, atau rehabilitasi turbin,” pungkasnya. (mic)

Skip to content