Top

Mahasiswa Arsitektur Ciptakan Udara Sehat dari Limbah Kelapa

Kebutuhan akan udara bersih menjadi hal yang mutlak dalam kehidupan manusia. Di era ini manusia semakin memproteksi dirinya untuk mencegah paparan polutan khususnya saat beraktivitas di luar ruangan.

Namun tanpa disadari, kondisi udara dalam bangunan berpotensi pula mengandung berbagai polutan yang rentan terhirup oleh manusia.

Studi Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan bahwa polusi udara di dalam ruangan dapat mencapai 2-5 kali lebih besar dibandingkan polusi di luar ruangan.

Kelembapan udara yang tinggi juga disinyalir dapat mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan.

Penggunaan penyaring udara pun akhirnya menjadi populer sebagai penjamin kebersihan udara di dalam ruangan.

Namun sampai saat ini penyaring udara yang banyak beredar di kalangan masyarakat masih memiliki keterbatasan.

Efektivitas, fleksibilitas dalam pengaplikasian di dalam ruangan, dan terutama harga, masih menjadi hal yang sangat bisa diperbaiki.

Melihat fenomena ini mahasiswa Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FTUB); Asti Ainun Nabilah, I Gusti Agung Dini Restiani, dan Mariyatul Qibtiyah, dengan bimbingan Wasiska Iyati, ST., MT merancang sebuah produk bernama Perak Bayu.

Perak Bayu, merupakan inovasi penyerap racun dan kelembapan udara dalam bangunan bermaterial alami.

Inovasi ini dirancang dengan bahan dasar alami dan memiliki potensi besar yaitu limbah serabut dan tempurung kelapa.

Limbah tempurung kelapa diolah menjadi arang karbon aktif sehingga memiliki khasiat menyerap racun seperti CO, CO2, SO, O3, NO2 dan mereduksi kelembapan dengan daya adsorbennya.

Limbah serabut kelapanya sendiri  dibentuk menjadi padatan dan juga telah teruji pula memiliki kemampuan mengurangi kelembapan udara di dalam ruangan.

“Selain bahannya yang mudah didapat produk ini juga dirancang agar dapat multi-fungsi  diaplikasikan pada elemen interior ruang secara fleksibel, estetis, dan yang pasti dengan harga terjangkau bagi penggunanya,” beber Asti selaku Ketua Tim.

Memanfaatkan metode bongkar pasang, Perak Bayu dibentuk modul seperti puzzle, dapat menjadi media kreatifitas pengguna dalam penyusunannya.

“Selain daya adsorbennya dapat menyerap racun dan kelembapan udara berlebih sehingga udara yang dihirup lebih sehat, pengguna juga bisa berkreasi dalam pengaplikasiannya,” tukas mahasiswi angkatan 2017 ini.

Di masa pandemi ini, lanjutnya, kebutuhan akan udara sehat sangan diperlukan. Tim ini berharap agar Perak Bayu dapat membantu menciptakan udara sehat bagi masyarakat.

Selain itu pula diharapkan dengan adanya produk ini dapat menjadi sumber potensi baru bagi masyarakat dalam pengolahan limbah kelapa.

Sebagai langkah pengembangan produk selanjutnya akan selalu diusahakan agar dapat menciptakan inovasi-inovasi pembaharuan yang dapat menambah keunggulan produk.

Karya ini akan mewakili UB dalam PIMNAS XXXIII November mendatang pada Bidang Karsa Cipta. (aan/mic)

Skip to content