Lima Mahasiswa Teknik Kimia (Tekim) Universitas Brawijaya (UB); Chindy Wulandari, Lyla Liilia Fitria Hikma, Aulia Azzahra, Hira Listya Pinastika, dan Kharisma Ghanyysyafira dengan bimbingan Supriyono, S.T., M.T. menemukan alternatif penyembuhan luka.

Umumnya bahan yang digunakan sebagai penyembuhan luka pada kulit adalah scaffold tissue. Namun, scaffold tissue biasanya terbuat dari hidroksiapatit (HA) sintetik yang memiliki sifat mekanik sangat rendah dibanding dengan HA alami.

Cara memperbaiki sifat mekanik itu antara lain pelapisan dengan logam, komposit dengan polimer, dan komposit dengan keramik.

“Tim kami ingin memperbaiki sifat mekanik yang kurang itu dengan membuat HA sintesis dengan partikel yang berukuran nano dikombinasikan magnesium oksida dan polivinil asetat (PVA),” beber Chindy, selaku ketua tim.

Nanohydroksiapatyte (nHA) merupakan bahan bioaktif ideal yang komposisi dan struktur kristalnya sama dengan HA dari tulang hewan dan dapat berikatan langsung pada jaringan yang amsih hidup (secara in vivo).

Komposit HA-PVA dibuat dalam bentuk membran yang nantinya membran tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan scaffold tissue.

Pembuatan membran scaffold tissue ini secara garis besar dilakukan dengan cara mensintesis HA secara elektrokimia dan dilanjutkan dengan pembuatan membran.

Salah satu kelebihan metode sintesis partikel secara elektrokimia adalah dapat mengontrol ukuran partikel dengan cara mengatur arus dan voltase yang digunakan. Selanjutnya juga dilakukan uji karakterisasi untuk menentukan apakah membran scaffold tissue sesuai atau tidak.

“Semoga inovasi ini dapat memberikan manfaat dan dapat diaplikasikan khususnya di bidang kesehatan,” harap Chindy mewakili tim.

Tim ini nantinya akan berjuang ke Tanoto Student Research Award (TSRA) 2020 bualn Oktober ini secara daring. TSRA sendiri merupakan program penelitian yang diadakan melalui kerjasama Tanoto Foundation dan Universitas Brawijaya (UB). (cw/mic)