Top

ASELEN, Alat monitoring dan Terapi Penyakit Asma Berbasis IoT

Asma adalah penyakit tidak menular (PTM) yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Peradangan dan penyempitan saluran udara kecil di paru-paru menyebabkan gejala asma yang dapat berupa kombinasi batuk, mengi, sesak napas, dan sesak dada.

Menurut WHO, asma mempengaruhi sekitar 262 juta orang pada 2019 dan menyebabkan 455.000 kematian. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

Berdasarkan data tersebut, kolaborasi lima mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) membuat alat yang bisa membantu pasien pengidap penyakit asma dapat mengontrol asma nya dengan baik.

Di bawah bimbingan Dr.Ir. Ponco Siwindarto, M.Eng,Sc dan dr. Thareq Barasabha, S.Ked., M.T., lima mahasiswa itu terdiri dari Andhika Surya Rismanta(FT), Viery Sanjaya Aruan(FT), Ryandra Azka Ridho Fahrezi(FT), Raihan Herwildhan(FT), dan Michelle Christmerry Pyhanny(FK).

Inovasi yang  diusung adalah ASELEN (Asthma Electrical Necklace), alat monitoring dan terapi pasien pengidap penyakit asma berbasis IoT.

ASELEN ini didanai oleh Kemdikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2023. Dan karya ini telah mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang diterbitkan oleh DJKI (Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual).

“Alat pengontrol asma saat ini masih sangat minim. Mengingat asma merupakan penyakit yang sangat sulit dideteksi waktu kambuhnya, saya rasa ini adalah suatu terobosan,“ ujar Michelle.

Tim PKM KC yang merupakan gabungan antara Department Teknik Elektro dan Program Studi Kedokteran , ini menjelaskan bahwa ASELEN terdiri dari 3 prototype.

Pertama terdiri dari Necklace untuk mengukur suhu badan dan Grove sensor clip heart rate (mengukur denyut nadi). Berikutnya adalah Masker. Masker ini dihubungkan dengan Necklace menggunakan kabel.

Dan yang teraljor adalah Inhaler. Pasien yang terdeteksi waspada oleh alat monitoring akan segera diarahan untuk melakukan terapi menggunakan inhaler.

“Alat ini memiliki prosedur penggunaan yang akan memudahkan pengguna untuk mengoperaksikannya,” ujar Andhika selaku ketua tim.

Viery selaku anggota tim menambahkan bahwa dengan hadirnya alat ini tim berharap dapat membantu pemerintah khususnya di bidang Kesehatan dalam memonitoring pasien asma dalam jarak jauh tanpa perlu datang ke fasilitas Kesehatan.

Dr. Ponco  juga menjelaskan bahwa ASELEN memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dipasarkan, mengingat alat untuk menangani penyakit ini masih sangat sulit untuk dicari dan harga nya masih sangat mahal.

“Semoga ASELEN, sebagai bentuk kontribusi UB, dapat memudahkan para tenaga Kesehatan dalam memantau penderita asma di Indonesia,” pungkas Ryanda mewakili tim.

Skip to content