Top

Potensi dan Tantangan Nuklir Sebagai Sumber Energi Masa Depan

Program transisi energi untuk mencapai target nasional Net Zero Emission di tahun 2060 sedang ramai dibahas. Program utama transisi energi salah satunya adalah dengan mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis fosil fuel.

Penggunaan batu bara maupun diesel diharapkan berkurang dengan penggunaan sumber energi listrik yang lebih ramah lingkungan seperti energi surya, angin, atau geothermal.

Sayangnya, meski bisa mengurangi emisi karbon, namun sumber energi itu tidak bisa memenuhi 3 prinsip dasar penyediaan energi; terjamin ketersediaannya di mana saja, kapan saja, dan biaya yang murah. Konsekuensinya adalah biaya produksi jatuhnya akan lebih mahal.

Sehingga banyak peneliti yang mencari alternatif sumber energi lain yang bisa memenuhi 3 prinsip dasar tersebut sekaligus memiliki emisi karbon yang rendah. Thorium adalah satu alternatif yang bisa diandalkan.

Hal ini dibahas pada Industrial Lecture yang diadakan oleh Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) pada hari Selasa, 19 Desember 2023 dengan bekerja sama dengan PT. Thorcon Power Indonesia.

Dengan tema Peran Nuklir Dalam Transisi Energi : Tantangan dan Harapan, kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid dengan nara sumber Bob S Effendi (Direktur Operasi PT Thorcon) dan Prof. ING Wardana (Guru Besar Teknik Mesin FTUB) dengan moderator Ali Mundakir, mantan Dirut Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Prof. Wardana menyampaikan hasil penelitian terkait proses produksi Hidrogen sebagai bahan bakar dengan biaya yang ekonomis supaya layak untuk dikembangkan secara komersial.

Bob S Effendi kemudian menyampaikan bahwa Thorium bisa menjadi alternatif untuk menghasilkan listrik yang terjangkau serta memenuhi tiga prinsip di atas. Thorium juga memiliki densitas energi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk mempercepat program transisi energi dengan biaya yang bisa diterima (acceptable).

“Adanya pasokan listrik yang terjamin dengan harga ekonomis akan memacu investasi dan tumbuhnya industri, meningkatkan GDP dan mengerek pertumbuhan ekonomi,” terang Bob.

Dari diskusi yang berkembang, Ali Mundakir menyimpulkan memang masih ada persepsi kurang menguntungkan pada kata nuklir yang terasosiasi dengan Thorium. Hal inilah yang perlu untuk terus diluruskan agar Thorium sebagai sumber penghasil listrik bisa diterima.

“Adalah keniscayaan bahwa Thorium akan segera menjadi salah satu sumber energi listrik bahkan menjadi masa depan penyediaan energi listrik dalam mendorong peningkatan industri dan tumbuhnya perekonomian Indonesia,” pungkas Ali Mundakir.

Mempertimbangkan kondisi di atas, Teknik Mesin UB siap mendukung pemanfaatan Thorium dan menangkap peluang yang ada baik dari sisi teknis dan non-teknis.

“Sebagai kampus yang unggul, tentu saja Teknik Mesin sangat kompeten untuk memberikan kontribusi. Nantinya diskusi tentang masa depan Thorium dan Hidrogen akan terus dilakukan secara berkelanjutan,” tegas Dr. Ir. Purnami, ST., MT., selaku Kepala Departemen Teknik Mesin UB.

Skip to content