Top

Arsitektur FT Turut Membangun Kawasan Heritage Malang

Bekerja bersama membangun negeri. Kalimat ini sangat melekat di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya mengadakan acara bertajuk “Internasional Conference of Heritage and Culture in the Integrated Urban Context 2019 (HUNIAN 2019) pada tanggal 24 Oktober 2019.

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Prof Ir. Suryono Gedung Dekanat Fakultas  Teknik  ini dibuka oleh Rektor Universitas Brawijaya yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Prof. Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, MS., dengan didampingi oleh Dekan FTUB, Prof. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT.

Tujuan diadakannya konferensi internasional ini adalah untuk mempertemukan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan, konservasi, dan pengelolaan kota-kota bersejarah.

Para peneliti dari universitas, Pemerintah baik Pusat maupun daerah, LSM, Swasta dan Kelompok Masyarakat akan berbagi pemikiran dan pengetahuan mengenai pengelolaan dan pengembangan warisan budaya yang ada di lingkungan dan kota masing-masing.

Menjadi salah satu pembicara dalam konferensi itu, Ketua Jurusan Arsitektur, Dr. Ir. Herry Santosa. Ia memaparkan salah satu penelitiannya mengenai salah satu daerah di Malang, yaitu Kayutangan. Kawasan heritage yang memiliki banyak bangunan kuno bernilai sejarah dan memiliki potensi wisata yang besar.

Ia menjelaskan penelitiannya bagaimana menghidupkan kembali daerah kayutangan ke depan. Hal ini senada dengan paparan salah satu keynote speaker utama siang itu, Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji.

Sutiaji menjelaskan tentang bagaimana pengembangan dan pengelolaan kota Malang sebagai kota bersejarah dengan kekayaan warisan budaya di Indonesia. Dalam hal ini, daerah yang baru ia canangkan sebagai Ibukota Heritage Malang Raya.

“Komitmen kami adalah untuk menghormati sejarah agar kita tidak lepas dari jati diri bangsa. Salah satunya dengan Malang Heritage Destination. Kita ingin bangunan di Kota Malang tidak terlalu tinggi karena yang kita jual adalah viewnya, dan saya ingin memberikan PR kepada civitas akademika disini untuk membuatkan ciri khas Malang, siapapun yang masuk kawasan Malang akan merasa di Malang,” papar pria kelahiran Lamongan itu menantang akademisi yang hadir.

Sutiaji melanjutkan, nantinya akan ada ada 2 pembagian di daerah Kayutangan, yakni kawasan heritage dan bangunan heritage.

“Kita sudah punya kawasan cagar budaya dan kedepan bangunan-bangunan ini akan kita kuatkan tentunya dengan insentif dan disinsentif agar tetap menjadi cagar budaya,” tambahnya.

Sudah dideklarasikan bahwa di Kayutangan akan menjadi ibukota cagar budaya. Kedepan, kawasan itu nanti akan jadi satu jalur, jaringan WiFi akan diperkuat. Kemudian bagi turis yang ingin ke Bromo tidak perlu menunggu di tempat lain. Karena, disana akan dibangun kafe-kafe beserta hiburan. Pejalan kaki juga menjadi prioritas bagi Sutiaji, trotoar akan dijadikan satu arah yakni dari utara.

Cagar Budaya ini pada tahun 2019 sudah memasuki tahapan lelang dan telah mendapat 34 M dari Pemerintah Pusat. Rencananya, tahun 2020 mendatang mulai dibangun dan selesai pada tahun 2021.

“Nanti, kawasan ini tidak hanya seperti Braga dan Malioboro tapi lebih baik karena kelebihannya disana transaksi pakai e-money. Sesuai dengan Kota Malang adalah kota yang kreatif, jadi harus beda dengan yang lain,” pungkasnya.

Pada kesempatan ini juga akan tampil beberapa pembicara dari beberapa negara diantaranya adalah Prof Julaihi Wahid dari Universiti Sarawak Malaysia, Prof Johanes Widodo dari National University Singapura, Prof Shinji Ikaruga dari Yamaguchi University Jepang, dan Prof Ulrike Brig dari TU Wien Swedia.

Selain itu sebanyak 33 makalah hasil riset dari beberapa peneliti dari beberapa universitas di Indonesia juga akan memaparkan hasil kajiannya, diantaranya dari Universitas Pancasila, Universitas Diponegoro, Universitas Palangka Raya, Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan Universitas Brawijaya selaku tuan rumah.(HumasFTUB)

Skip to content