Top

Azis Hoesein: Usia Tidak Menghalangiku ‘Tuk Mencari Ilmu

Nulla aetas ad discendum sera, tiada kata terlambat untuk belajar. Ungkapan Seneca ini rupanya melekat dalam diri Ir. Abdul Azis Hoesein, Dipl. HE., M.Eng Sc. Di usia yang hampir 73 tahun ini ia berhasil menyelesaikan pendidikan Doktornya di Program Doktor Teknik Sipil Fakutas Teknik Universitas Brawijaya.

Dekan FTUB periode 1988-1992 ini berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Curve Number Spasial untuk Memprediksi Limpasan di Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Lesti, di depan majelis penguji pada hari ini, Rabu, 18 Desember 2019.

Untuk diketahui, air hujan tidak semuanya terserap oleh tanah, sebagian melimpas di permukaan. Limpasan permukaan ini jika tidak terkontrol dapat menyebabkan banjir.

Dalam disertasinya, pria kelahiran 27 Desember 1946 ini memprediksi seberapa besar air hujan ini yang melimpas.

Banyak cara untuk memprediksi limpasan di suatu DAS. Salah satunya adalah penggunakan model Curve Number (CN) yang dikembangkan oleh Soil Conservation Service (SCS) Departemen Pertanian Amerika Serikat.

CN sangat tergantung dari tata guna lahan (land use) dan tidak bisa berlaku untuk semua dam. Bahkan dalam suatu dam, tidak semua zona memiliki limpasan yang sama, sehingga nilai CN-nya pun beragam.

“Tulisan ini merupakan Laporan hasil penelitian penggunaan model SCS-CN untuk memprediksi besarnya CN di Sub DAS Lesti menggunakan karakteristik Sub-DAS dan dengan peta overlay dari peta tata guna lahan dan jenis tanah,” papar kakek 8 cucu ini.

Dalam penelitiannya, Alumni International Institute of Hydraulic Engineering, Delft, Belanda ini bermaksud menerapkan secara akurat angka CN yang secara spasial merupakan fungsi dari lapisan penutup tanah, tataguna lahan, kondisi hidrologis, dan kelompok hidrologis tanah di Sub-DAS Lesti.

Dari hasil penelitiannya ia menyimpulkan bahwa model CN yang sesuai untuk memprediksi limpasan di Sub-DAS Lesti adalah CN spasial dan dari peta overlay yang digunakan diperoleh zonasi besarnya CN berkisar antara 45-78 dengan rata-rata CN=64.

Dalam paparannya Ia menuturkan, hasil model CN spasial untuk Sub DAS Lesti cukup akurat sebanding dengan yang dibuat oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat.

“Sebagai tambahan, pemetaan angka CN dapat digunakan secara langsung oleh para insinyur, manager dan disainer dari bangunan pengairan di Sub DAS Lesti,” pungkas pria yang pernah aktif sebagai Ketua Umum Persatuan Pencak Nasional PAMUR (1994 – 2005) ini.

Di bawah Komisi Pembimbing yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS (ketua), Prof. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc (anggota1), dan Dr. Ery Suhartanto, ST, MT (anggota 2), Dr. Azis Hussein berhasil lulus dengan predikat Sangat Memuaskan.

Hadir selaku Dewan Penguji antara lain Dr. Ir. Ussy Andawayanti, MS, Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng, dan penguji tamu Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc. (Guru Besar ITS Surabaya).

Turut hadir pada ujian terbuka disertasi siang itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998, Prof. Dr.Ing. Wardiman Djojonegoro. Dalam sambutannya ia menuturkan apresiasi dan rasa bangganya pada capaian Dr. Azis Hoesein.

“Dulu saat pertama kali bilang mau menempuh pendidikan doctor sya sudah bilang kalua jadi doctor itu tantangannya banyak, tapi melihat hasilnya sekarang saya bangga. Semoga ilmu yang didapat selama menempuh program doctor ini bisa digunakan untuk kemaslahatan bersama,” tukas menteri di Kabinet Pembangunan VI ini.

Hal yang sama dikemukakan oleh Dekan FTUB, Prof. Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT., IPU. Ia percaya bahwa temuan Doktor yang pernah menempuh pendidikan di Department of Water Engineering, School of Civil Engineering, University of New South Wales ini dapat memberikan kontribusi nyata terkait permasalahan banjir yang sering melanda Indonesia.

Pakar Sumber Daya Air ini juga menambahkan, penelitian Dr. Azis ini sangat bermanfaat di bidang hidrologi. Dengan memprediksi limpasan/debit sebagai fungsi dari CN berbasis parsial,  ia memberikan inspirasi kepada gerasi selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini di tempat dan kasus lainnya.

“Saya kagum dengan stamina beliau yang luar biasa. Di usia 73 tahun masih aktif. Tentu saja apa yang dilakukan Pak Azis ini sangat menginspirasi kita semua untuk terus semangat dalam mengerjakan studinya dan terus menimba ilmu,” pungkas Prof. Pitojo.

Proses ini sendiri bagi Doktor Azis merupakan capaian yang ingin dilampauinya untuk mengalahkan diri sendiri. Melihat capaian generasi muda di sekelilingnya memberinya semangat untuk terus menantang diri dan membuatnya lebih rendah hati dalam menempatkan diri di lingkungan.

“Meskipun sudah agak pikun di usia senja ini, saya ingin membuktikan kepada anak-anak saya, belajar itu kalau mau sungguh-sungguh pasti bisa!” tukas Doktor baru Bidang Teknik Sipil ini menyemangati. (mic)

Skip to content